RATU REMED
Lagi, lagi dan lagi namaku tertulis di papan pengumuman mading sekolah. Bukan sebagai orang hilang yang sedang di cari ataupun tertulis sebagai juara suatu ajang. Melainkan tercatat sebagai siswa yang harus menjalani nilai perbaikan, siswa-siswa biasa menyebutnya remedial atau remed.
Untuk kali aku merasa tenang pasalnya daftar siswa yang di remedial dikelasku hampir mencapai jumlah murid satu kelas. Itu berarti aku nggak sendiri alias remedial masal matematika.
“Ha..ha..ha…akhirnya aku punya temen remedial banyak, berarti bukan otakku yang bodoh tapi emang soalnya aja yang susah banget” aku bicara sendiri sambil ketawa-ketawa.
“Heh! ngapain loe ketawa sendirian, kesambet setan ya. lo?” sapa Ria teman sebangkuku yang baru menepi di depan papan mading dan langsung membaca deretan daftar siswa yang di remedial. Wajahnya langsung kusut kayak baju yang belum di setrika setelah tahu namanya ada dalam daftar.
“Ternyata lo tuh sama aja kayak gue, langganan di remedial“ sindir ku masih tertawa.
“Eits, sorry. Jangan samakan gue sama lo .Gue Cuma pernah dua kali di remedial dalam satu semester ini . tapi lo, udah nggak kehitung di remedial tiap mata pelajaran , Dasar Ratu Remed !” balas gadis kurus berambut panjang itu begitu sengit bahkan mampu merubah air mukaku menjadi kesal.
“Ratu Remed ? seenaknya ganti nama orang .Namaku itu Ratu Fransiska Aletra. Lagian apa nggak ada sebutan lain yang lebih manusiawi daripada nama Ratu Remed? “ tangkasku tak terima teman-teman sekelasku memanggilku seperti itu, termasuk sahabatku sendiri Ria.
“Salah lo sendiri , doyan banget nongol di daftar remedial. “
“Ah…itu gurunya aja yang salah kasih nilai. perasaan aku udah rajin belajar siang dan malam” mendengar pembelaanku Ria malah ketawa ngakak .
“Belajar dari Hongkong .Yang ada siang dan malam lo mikirin main basket ,nonton bola and main PS “ timpalnya makin membuatku geram dan kehabisan kata-kata karena benar ucapan Ria , pantes aja aku sering di remedial. Toh, aku nggak pernah Belajar. Daripada pusing sendiri, aku memilih pergi dari hadapan Ria. “Tunggu Ratu, kita ke kelas bareng!” seru Ria menyusulku .
Aku yang tengah berjalan menyusuri koridor kelas tiba-tiba di dorong sesosok tubuh dari arah belakang hingga terjatuh ke lantai. Sakit ?Jelas.
“Maaf,aku nggak sengaja “ sesal orang yang menubruku seraya membantuku berdiri.
Dengan suasana hatiku yang mendung dan mendapat perlakuan seperti ini sudah dipastikan aku pasti marah besar .Tapi tunggu, rasa itu kemudian lenyap seketika ,saat kutahu cowok yang menabrak dan membantu ku berdiri adalah Rasial gebetanku di sekolah ini .
Dari dulu mana berani aku deket atau kenalan sama dia. Tapi, sekarang nasib malah menuntunnya padaku .
“Kamu nggak apa-apa , apa ada yang luka ?” tanyanya setelah melihatku berdiri
“Nggak apa-apa kok . aku baik baik saja, “ jawabku seraya menunjukan senyum termanis, padahal aslinya sakit apalagi lututku. Tapi, tak mengapa ,kali aja dia love at first sight gitu sama aku .
Wajah Raisal tampak lega mengetahui aku baik-baik saja .
“Kenalin aku Raisal anak kelas 10.1 “ katanya memperkenalkan diri .
Moment ini cepat ku manfaatkan. Sambil mengibaskan sedikit rambut panjangku yang hitam lurus penuh pesona kubalas uluran tangan itu.
“Namaku Ratu. anak kelas 10.4 “ balasku lemah lembut tak lupa diiringi senyum termanis di dunia .
“Oh….jadi kamu Ratu Remed dari kelas 10.4 itu” ujarnya polos
“Gubrakk….!”
Mimpi apa aku semalam sampai cowok gebetan aku sendiri bisa tahu nama panggilanku Ratu Remed. Apa nggak bisa dia kenal aku sebagai Ratu bintang basket atau ratu cantik kek . Pupus sudah harapanku untuk membuat Raisal terkesan .
Hatiku makin remuk ketika Raisal tanpa pamit pergi dan malah memanggil seorang gadis yang aku kenal sebagai Rena teman sekelasku yang terkenal pintar .
Mereka terlihat akrab, apalagi Raisal tak segan merangkul tangan Rena. Kemudian keduanya berlalu dari pandanganku .
Setelah menyakaksikan itu pada cuaca dingin seperti ini malah hawa panas yang kurasa .cemburu.
Sebaliknya Ria yang sejak tadi menyaksikan juga malah cengengesan
“nggak lihat apa , aku tuh lebih cantik daripada Rena. hidungku mancung ,bodiku langsing kulitku putih. Tapi, dia malah ngelirik Rena yang tambun dan pesek itu” rutukku tak terima.
“Tapi setidaknya Rena itu nggak pernah di remedial kayak kamu , Ratu Remed “ ledek iseng Ria .
Tak bisa dipungkiri Rena memang terkenal pintar di kelas sampai ulangan tempo hari dari sekelas hanya dia yang lulus . pokoknya bintang pelajaran. Tapi, BT juga aku disudutkan sahabatku sendiri.
“Ri, sebenarnya lo tuh musuhku atau sahabatku, perasaan dari tadi kamu menyerang aku dengan kelemotan otakku yang terus di remedial “ Ria garuk kepala merasa bersalah
“Sory ,sory aku kan Cuma bercanda “
“Lagian siapa sih yang punya ide mengumumkan siswa yang di remedial di papan pengumuman. ini sih namanya peembunuhan karakter “ gerutuku lagi.
****
“Aaargh…….! “ teriakku saat tahu namaku tertulis sebagai siswa yang di remedial pelajaran kimia di papan pengumuman. Ternyata teriakanku berhasil mengagetkan siswa lain yang ada di sekitarku.
Daripada malu jadi pusat perhatian, aku cepat angkat kaki dari sana . Ditengah perjalanan aku bertemu dengan Ria. Tentu, dengan senyum bahagia karena ia tak masuk dalam daftar siswa yang diremedial kimia.
“Kenapa tuh muka kusut amat ?”
“Hidupku memang benar-benar sial, udah kemarin aku dimarahin Rena di depan Raisal sekarang aku diremedial lagi “ kesalku
“Apa? kamu dimarahi Rena ?”
“Ya, gara-gara aku belum membuat laporan kegiatan mading , katanya OSIS butuh banget buat anggaran”
“Pantes aja dia marahin kamu , kamu yang salah”
“Aku tahu ,dia itu sekretaris osis dan punya wewenang untuk itu. Tapi, kenapa sih dia marahi aku dihadapan Raisal waktu istirahat bukannya waktu kelas olahraga aja “
“Bener juga sih. Tapi, kemarin pagi Rena kan nggak ada di kelas olahraga malah dia nggak ikutan di tes lari “ ingat Ria
Peryataan Ria seakan menyadarkanku akan sesuatu yang mengganjalku.
“Nggak kemarin aja kali , setiap kita di tes olahraga dia nggak pernah ikut di tes “
“kok kita baru sadar ya “
“Tapi kenapa dia selalu lulus nilai olah raga “ heranku
Ria angkat bahu
“Mentang-mentang Rena pintar, ia dapat nilai olah raga tanpa di tes “
****
Aku baru saja keluar dari ruang guru bersama dua siswa lain yang juga selesai melaksanakan remedial bersamaku. Aku agak kecewa juga, pasalnya soal remedial tadi begitu sulit dari ulangan sebelumnya. Masih bergelut dengan kekesalan, wajah rena udah nongol di depan mataku seraya menyerahkan sekantong bahan untuk terbitan mading. "OSIS mau mading terbit lebih awal katanya sekolah mau mengadakan lomba sastra melalui mading " kata Rena. Aku yang baru menerima bahan untuk mading tercengang. "apa? Terbit lebih awal ! aku nggak bisa!" tolakku. "tapi Ratu. Inikan mudah, kamu bisa minta bantuan anggota mading lainnya " emosiku memuncak dalam keadaan kesal seperti ini tentu aku tak mau di sudutkan dengan keras aku hempaskan bahan-bahan untuk mading ke arah muka Rena .
“Kalau menurutmu mudah kenapa kamu nggak kerjain sendiri. Jangan mentang-mentang kamu sekretaris OSIS, kamu bisa seenaknya nyuruh aku “ bentakku cukup mengagetkan Rena.
“Aku kan Cuma mengingatkan kewajibanmu sebagai ketua mading” kata Rena pelan.
“Kamu nggak tahu gimana jadi aku, tiap ulangan selalu di remedial . meski terus berusaha aku terus remedial. belum lagi temen-temenku yang suka mengejek dan mengataiku Ratu Remed. Sekarang kamu suruh aku ngerjain tugas ini. kamu enak , nggak pernah ngerasain di remedial, bahkan untuk mendapatkan nilai olahraga kamu tak perlu ikut tes .Berapa uang yang kamu keluarkan untuk nilai olah ragamu ?”
Teriakku begitu kasar sehingga Rena Tak berani menatapku, ia malah tertunduk dan Oh,tidak ! ia menitikan air mata.
Aku terhenyak menyadari sikap dan ucapanku terlalu menyakitkan. Hening, yang terdengar hanya tangisan Rena.
“Kamu bener aku nggak pernah ikutan olahraga, Sebenarnya aku ingin seperti kalian. Tapi kenyataannya aku nggak bisa , nggak bisa!” ujar Rena di sela tangisannya.
“Kenapa?” pertanyaan itu tiba -tiba meluncur dari mulutku.
“Saat umurku 14 tahun aku mengalami kecelakaan mobil yang membuat luka di tulang kaki dan punggungku. Sejak itu aku dilarang berolahraga berat karena dapat merusak tulangku dan kamu perlu tahu untuk mendapat nilai olahraga aku dapat tugas tertulis bukannya membayar dengan uang “ Rena mengakhiri penjelasannya dengan menghapus air matanya dan mencoba tegar.
Aku benar – benar merasa bersalah sekaligus tak menyangka Rena punya pengalaman yang menyedihkan.
“Terkadang aku iri melihat kamu dan teman yang lain bisa bebas berolahraga, Tapi aku sadar manusia tak ada yang sempurna, punya kelemahan dan kelebihan yang harus kita terima “ lanjutnya. Makin membuatku tersadar akan kekeliruanku yang selalu memandang kelemahanku saja tanpa melihat potensiku di bidang olahraga .
“Maafin aku ya Ren karena perasaanku yang iri pada kepintaraanmu dan kedekatanmu dengan Raisal aku jadi menyakitimu “ sesalku . Rena tersenyum tanda ia telah memberikan maafnya.
“Jadi kamu naksir Raisal ? tenang aja, aku bukan pacarnya kok .Tapi dia itu sepupuku,” tutur Rena yang tertawa kecil melihat wajahku yang merah karena malu.
****
“Ratu….!” panggil Raisal yang hampir mendekati Ratu di depan kelasnya. Tapi tak ada sahutan dari mulut Ratu, yang ada dia tengah serius dengan hp blackberry di tangannya, sekali lagi Raisal memenggil cewek yang kini jadi pacarnya itu. Tetap ia tak memberikan Respon.
“Hallo Ratu Remed !” Panggil Raisal lagi kali ini sangat keras hingga Ratu tersentak dan menyadari kehadiran cowoknya dengan wajah kusam.
“Ih…..apaan sih manggil aku Ratu Remed lagi. Kamu tuh sama aja sama temen temenku yang lain pasti manggil aku dengan sebutan itu padahalkan sudah semester ini aku nggak pernah di remed itu karena aku mau belajar dan atas bantuan Rena juga.”
“ya maaf sayang habis kamu susah sih di panggil dari tadi ,tapi biar kata kamu dipanggil sejelek apapun kau akan tetap di hatiku.” puitis Raisal sambil merangkul Ratu .
“Uh….dasar Gombal!” sergah Ratu meski ia sebenarnya senang .
Begitulah, berkat sahabat baruku Rena yang mengajariku beberapa mata pelajaran. Akhirnya, aku nggak pernah di remedial lagi dan berkat dia juga aku bisa jadian sama Raisal. Meski sebenarnya temen-temenku tetap memanggilku Ratu Remed. Tapi, tak mengapa yang penting aku sudah berusaha untuk belajar. Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar